Sabtu, 31 Januari 2015

Baris Waktu-2

  • Apa yang harus dipertahankan dan dinantikan?. Bila mimpi-mimpi ala putri, sudah jelas terjawab realita.
  • Untuk apa masih menunggu sesuatu yang bukan haknya untuk ditunggu.
  • Ketika dalam gelap yang hanya ditemani penerangan seadanya saja kamu dapat terlihat. Bagaimana diruang terang?
  • Kenapa juga harus 'kecemplung' dan ngurusin urusan yang tidak seharusnya. Urusan sendiri saja masih banyak.
  • Seharusnya kubiarkan saja kamu dulu tenggelam tak usah kuselamatkan. Biarkan orang lain yg menyelamatkanmu.
  • Memaki pun tak ada gunanya. Yang sudah pergi dan berlalu, realitanya tidak bisa kembali.
  • Ketika hujan menyapa, sambutlah dengan ceria, seperti tumbuhan yang tegak setelah tersentuh tetesannya.
  • Selamat malam, selamat tidur, selamat bermimpi, dan selamat memantaskan diri.
  • 10:35 kerlap kerlip lampu dari ketinggian yang entah berapa, terlihat sangat jelas. Indah.
  • 11:28pm. bebek, sudah bebek saja tidak usah bermimpi untuk menjadi angsa
  • Jadi ya, entah harus bagaimana. Bebek tidak akan berubah menjadi angsa meski bulan purnama sekalipun. 'maksa'
  • Semua tak sama, tak pernah sama, dan tak akan sama lagi.
  • Akan ada hal-hal tak terduga yang tidak pernah kau sangka sebelumnya, menjadi nyata.
  • Sepertinya kita tidak bisa lebih lama lagi, cukup sampai disini. Aku tak ingin ada luka-luka yang tercipta lagi.
  • Dan akhirnya mandek. Berhenti di baris kesekian. Entah, rumit dan sulit. Seperti aku berhenti untuk menerjang arus aliran air itu.
  • Ketika langit malam tampil dengan indahnya, rusak semua karena emosi yang bergumul menjadi satu dalam hati.
  • Sedang dipersimpangan jalan. Memilih arah untuk jalan kemana.
  • Dan mungkin agar dapat tetap terlelap dengan kualitas yg baik, tak perlu ada istilah kamu dalam mimpiku.
  • Apa jadinya bila semua keluh kesah serta rindu tak terungkap tak terucap? Lelah kata sang hati menahannya.
  • Pagi ini membuat aku teringat padamu, teringat bahwa masih banyak cerita yg ingin kubagi denganmu.
  • Air tau kemana dia harus bermuara.
  • Untuk kesekian kalinya aku berpikir, untuk apa mempertahankan sesuatu yg melukai? Tapi yang kulakukan malah bertahan disini.
  • Selamat pagi, beberapa waktu yg lalu di jam yang sama, aku selalu setia mencari mu di kerumunan manusia.
  • Hening, bening, apa adanya. Air.
  • Pagi masih sama hening. Ruang yg berpenghuni seakan tak berpenghuni.
  • Dalam gelap dan temaram lampu baca, aku berusaha menyalin cerita masalalu, yang akan senantiasa dikenang.
  • Dalam gelap sebelum terlelap kuciptakan mimpi-mimpiku dan kurangkai tinggi-tinggi, agar dapat kugapai segalanya.
  • Apa yang terlihat kokoh diluar, ternyata rapuh didalamnya. Selamat malam~ menanti pintu terbuka.
  • Aku sosok tersembunyi. Berusaha setia menemani. Hening apa adanya tanpa harap apa-apa.
  • Masih terjaga. Meski bukan satu-satunya.
  • Bisa jadi tawamu bukan karenaku.
  • Masih saja pilu entah sampai kapan, seperti ungu menjadi biru.
  • Jakarta senantiasa ramai, seperti suara-suara dalam kepala ku. Menyebut namamu riuh tak beraturan.
  • Aku ingin tetap menikmati lembar demi lembar hariku bersama, agar segalanya terasa nyaman dan menyenangkan
  • Ada seperti tak ada. Berpenghuni seperti tak berpenghuni. Sepi.
  • Ternyata masih ada. Entah sedikit atau banyak sekalipun. Dan harus disimpan rapat dalam kotak.
  • Dalam senja yang semakin gelap aku memikirkannya berharap ia muncul di hadapan dengan wajah sumringahnya.
  • Selamat malam. Semoga saja gigit jail nyamuk tidak mengurangi kualitas tidur mu.
  • Segala gambaran dalam bingkai itu menyatakan bahwa pandanganku hanya tertuju pada satu titik saja.
  • Masih ditempat yang sama. Menanti dalam gelap malam, dan bulan yang terlihat samar.
  • Rasa ini sesederhana aku memaknai segalanya tentang kita.
  • Diam-diam tanpa disadari, kita butuh 'tempat' atau 'ruang' untuk melabuhkan segala ketidak tenangan diri. Diatas sajadah dihadapan-Nya yang utama
  • Biarkan bulan berinteraksi sesukanya dengan bumi, sebelum digantikan oleh matahari di pagi nanti.
  • Aku selalu sempat menyisihkan waktu baginya yang ingin diperhatikan sinarnya. Jika ia ingin redup sekarang, yasudah aku pergi.
  • Jangan salahkan bulan bila ia lebih dekat dengan malam.
  • Bahkan aku tidak tahu kesalahan apa yang ku perbuat, sehingga malam berlalu dengan cepat.
  • Sedari awal pun, kita tahu bahwa akan ada yang ditinggalkan di dini hari yang sepi.
  • Intinya tidak ada alasan untuk mengakhiri cerita. Namun cerita itu harus diakhiri. Ternyata dengan pahit.
  • Seadanya, semampunya, sekuatnya.
  • Setengah empat pagi. Entah, rasanya sayang bila tiap detiknya dilewati begitu saja. Sekian. Akan ada yang baru di pagi nanti.
  • Aku sesederhana malam menyapa pagi dengan cahaya kemerahan tanda matahari akan kembali menampakan diri.
  • Kadang terlalu banyak kita menutup mata sampai-sampai tidak sadar tentang makna tulus itu. Masih sama malam ditemani hening
  • Langit masih sama mendung seperti kemarin, seperti awan yg lain.
  • Dan kini sepi mengiringi. Hanya ramai oleh perbincangan dalam pikiran-pikiranku saja.
  • Tetap menjadi bebek buruk rupa. Meski bulan telah menjadi purnama.
  • Kamu patut bersyukur . Kamu punya segalanya
  • Ada banyak tempat dan suatu saat, yang bahkan aku tidak tau apa-apa tentangmu. Hanya dapat mengira-ngira yang terjadi dibelakang sini.
  • Harusnya kamu itu 'saling' dengannya. 'saling' melengkapi, 'saling' berbagi, 'saling' bicara dan mendengarkan. bukan 1 pihak yg mendominasi.
  • 'saling' mencari tanda berarti. Bukan aku seorang diri.
  • Memang nyatanya aku tidak harus tau tentang segalanya. jika bisa tidak tau, kenapa harus cari tau, jika tau itu ternyata sakit.
  • Nikmati apa yang di miliki saat ini. sebelum semuanya hilang. ketika di kangenin seseorang, ketika bisa ketawa ya bahkan di saat masih bisa nafas dengan gratis. Sebelum dia pergi.
  • Ketika masih banyak hal yang bahkan aku tidak tau. Maka disisi mana aku bisa sombong? tidak ada. Karena manusia tidak berhak sombong.
  • Seandainya lengkungan pelangi itu dapat kuubah menjadi sebuah lengkungan senyummu.
  • sesungguhnya aku hanya makhluk sok tau. Karena aku tidak benar-benar mengenalmu~
  • Ketika malam meminta untuk berkesudahan, maka ini waktunya pagi menampakan diri. Dan kamu selalu begitu.
  • Untuk apa aku memaksakan sesuatu yg tak ingin terucapkan, jika begitu adanya, yasudah. Aku bisa apa.
  • Ada yang hilang ketika malam menjelang. Sampai berjumpa esok pagi, jika kesempatan masih ada.
  • Gelap memeluk malam. Hingar bingar nuansa kota, bisa senyap ketika kesunyian di cipta sendiri.
  • sepi sunyi sendiri, diatas jalinan lantai dingin meringkuk menatap langit-langit kamar penuh kerut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar