Jumat, 16 Mei 2014

Kamu dan sayap Rapuhku.




Hai, masih ingatkah kamu denganku?

Sewaktu kecil kita sering bermain kejar-kejaran bersama, berlari kesana kemari hingga kamu terjatuh.
Meskipun sering jatuh, kamu tetap saja berlari mengejarku.
Seberapa kuatpun kamu berlari, tetap tidak bisa menggapaiku.

Pernah suatu waktu kamu menyentuhku, lalu kamu terluka, tubuh gatal
ibumu pun melarang untuk menyentuhku lagi.
Ibumu tidak pernah marah padaku, meskipun aku telah membuatmu sakit.
Maafkan aku membuatmu sakit, itu adalah alasan mengapa aku selalu menghindarimu sehingga kamu selalu mengejarku.

Rasanya inginku katakan padamu, mengatakan “sudah jangan pernah berlari-lari mengejarku mencoba menyentuhku lagi,karna itu hanya akan membuatmu sakit. Cukup kamu duduk manis mengamati keindahanku saja, karna kamu tidak akan terluka karna hal itu.”
Tapi kenyataannya kamu tidak akan pernah mendengar kata-kataku, apa lagi mengerti ucapanku.

Syukurlah kini kamu telah dewasa, dan sepertinya kamu sehat.
Sekarang kamu sudah mengerti, mengapa ibumu dulu melarang untuk menyentuhku.
Kini kamu sudah tidak pernah lagi menyentuh sebangsaku.
Kini kamu hanya duduk manis menikmati indahnya kami.
Maaf tidak bisa menemanimu bermain seperti dulu.
Aku hanya bisa mengirimkan sosok sepertiku untuk menemanimu.
Kini aku telah tiada, telah pergi sejak lama, pergi karna umurku tak sepanjang kamu.


Tetaplah seperti ini.
Tetaplah mengagumi keindahan sayap kami yang rapuh.

Ingat, jangan pernah menyentuh kami.
Cukup memandangi kami dengan rasa kagummu saja, itu sudah cukup 

Aku kupu-kupumu, yang entah bagaimana selalu ada di sekitarmu.

ftr-