Rabu, 19 Oktober 2016

Pesan untuk Nona

kepada pemberi surat didalam foto ini, amplop suratnya kupinjam dulu ya untuk ilustrasi :)


Aduh sungguh aku tidak mengerti
dengan segala tindak tandukmu yang menyebalkan.
Entah aku yang terlalu sensitif dan peka.
Atau memang kamu yang begitu lewat batas.

Sebelumnya aku ingin bertanya.
Apakah cita-citamu itu ingin menjadi seorang bos?
Jika ya, wah cita-cita yang sangat bagus bukan?
Membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
Kemudian, jika benar kamu ingin menjadi bos
sepertinya kamu akan menjadi bos yang amat sangat otoriter.

Mengapa begitu?
Tentu saja! semua sudah terlihat atas sikapmu saat ini.
Kepada temanmu saja seperti itu.
Lalu bagaimana kepada bawahanmu?
Ah semoga kamu tidak memandang rendah mereka.

Kenapa aku bisa berkata seperti itu?
Karena kamu begitu mendominasi segala penjuru ruang yang ada.
Senatiasa ingin pendapatmu didengarkan
namun enggan mendengar pendapat orang lain.
Pendapat orang lain selalu saja kamu cela dengan segala kekurangannya.

Ingin dihargai, namun enggan menghargai.
Senang sekali mengkritik orang lain
namun enggan menerima kritikan dari orang lain.
Kenapa selalu kamu yang lebih murka, padahal kamu yang salah?
Sungguh nona, aku semakin tidak paham dengan apa yang ada di dalam kepalamu.

Ah… cukuplah aku menulis segala keegoisanmu.
Aku hanya berharap, semoga aku tidak termasuk kedalam golongan itu.
Dan berharap semoga segala penilaian panjang lebarku ini salah.
Semoga kamu benar bisa menyangkal segala perspektifku tentangmu.
Wahai manusia dengan segala kubu yang kamu ciptakan.

Tertanda.
Seseorang yang pernah kamu sakiti hatinya dengan sikap dan perbuatanmu.


PS: Sungguh aku tidak menulis ini dengan rasa penuh amarah.
Aku menulis ini dengan rasa santai dan segala ketenangan hati.
Tidak perlu bertanya, aku sudah memaafkan segala yang terjadi.
Namun tidak akan kubiarkan kamu, jika hal sama kembali terulang lagi.
Sekian saja.

Semoga Tuhan meluruskan segalanya, ya nona.

ftrrzkm-

Jumat, 14 Oktober 2016

Semoga Aku Bukan Psikopat


Jikalau aku punya keberanian.
Akan kutusukan pisau tepat diurat nadiku.
Biar berhenti segala denyut nadi,
Mengakhiri segala hidup tanpa aura semangat yang menyiksa.

Atau….

Jikalau aku punya keberanian.
Akan kudatangi kamu tengah malam
menusukan pisau tepat dijantungmu
agar merobek denyut jantungmu
dan pergilah kamu meninggalkan dunia ini.

Oh sayang sekali.
Aku manusia takut hukum.
Akan sengsara hidupku di dalam sel sana.
Dan sayang sekali.
Aku manusia takut dosa.
Menghentikan detak jantungmu pun aku berdosa.
Lebih lagi jika aku menghentikan denyut nadiku sendiri.
Akan tidak tenanglah diriku dalam kematian.
Tidak akan diberikan tempatlah aku di akhirat sana.

Nyatanya..
Aku masih punya akal.
Masih benar sadar akan apa yang aku lakukan.
Meskipun ingin sekalipun
jika buruk, tidak akan kulakukan, mungkin.


Semoga aku bukan psikopat.

ftrrzkm-