Sabtu, 28 November 2015

Menghayati Alam dengan Sederhana

Aku ingin menghayati alam dengan sederhana dan dengan seksama.
Memperhatikan tanpa cela, memuji tanpa hina.
Mensyukuri tentu tiada habisnya, ciptaan-Nya yang sempurna.
Meski compang camping pada alam ada dimana-mana.
Compang camping yang dicipta tangan jahil manusia.

Sesederhana bahagia, sesederhana berjalan pagi menghirup udara segar.
Sesederhana itu pula Tuhan mencipta alam dengan sempurna.
Dan manusia seharusnya dapat menjaganya tanpa keluh.
Aku ingin senantiasa menghayati alam, dimana pun itu, sesederhana apapun itu.

Aku ingin menghayati alam bersamamu, mungkin akan terasa lebih menyenangkan.
Sekedar berjalan, atau berlari dalam senja, dan penghayatan akan alam yang dalam.
Menghayati alam sambil sesekali menoleh kearahmu.
Menghayati alam dan menghayati pesona indah wajahmu.
Menghayati hingga mata hari terbenam, dan gelap mengakhiri tatapanku padamu.

Sesederhana itu saja.
Menghayati alam dengan rasa syukur yang teramat dalam.
Menghayati alam bersamamu disampingku.
Menghayati alam sesederhana aku mencintaimu.
Menhayati alam dan wajahmu, sampai matahari terbenam dihadapanmu.

Jalan Pulang dan Sedikit Waktu untuk Berpikir.

Kalah adalah hal biasa, bukan sesuatu yang harus disesali.
Kesekian kalinya mengikuti lomba dan belum berhasil menyandang gelar juara, merupakan sebuah tanda aku harus lebih giat lagi. Tapi point utama disini bukan untuk mencurahkan isi hati tentang sebuah kekalahan dalam lomba, bukan. Tapi aku seperti biasa ingin mempublikasikan karyaku yang belum berhasil membawa namaku menjadi juara. Karena buatku "dari pada berdebu menjadi arsip saja di laptopku". Langsung saja.....

***


Jalan Pulang dan Sedikit Waktu untuk Berpikir

Aku sangat menikmati setiap jengkal jalan yang kulalui pulang malam ini.
Meski melelahkan, namun terasa melegakan rongga hati.
Terasa menyejukan pikiran, dan menyegarkan akal.
Meski gambaranmu masih tercetak jelas dalam ingatanku.

Kiranya proses untuk benar-benar melepaskan diri akan terasa sulit.
Seperti jeratan benalu pada serat daun.
Sederhana, namun begitu erat dan  mengganggu.
Berulang kali dilepaskan namun berulang kali tumbuh lagi, bahkan lebih lebat dan erat lagi.

Jalan pulang yang senantiasa memberi waktu untuk berpikir.
Jalan pulang yang senantiasa memberi jarak, untuk menyiapkan ketenangan hati.
Jalan pulang yang selalu aku rindukan.
Ini jalan pulang menuju rumah sungguhanku.
Lantas dimanakah jalan pulang menuju rumah hatimu?
Kerlap-kerlip dan silaunya lampu, menambah syahdu perjalanan pulang penuh rindu.

Jalanan rutin yang kulalui, belum mampu melepas jeratmu pada hatiku.
Jalanan rutin yang kulalui, masih terasa kurang dalam memberi waktu untuk pikiranku.
Jalanan rutin yang kulalui, tak bisakah memberiku jawaban?
Jawaban akan perjalanan menuju rumah hati mu, yang harus kuteruskan, atau kutinggalkan.

Jalan pulang yang terasa kurang panjang ini.
Setidaknya dapat memberi sedikit waktu untuk berpikir.
Dan dapat sedikit mencipta ketenangan hati, dan kebebasan pikiran.