Selasa, 10 Februari 2015

Tentang Sebuah Kebodohan yang dicipta Sendiri.

Sepuluh pebruari dua ribu lima belas.
Pukul sebelas malam  lewat lima menit.
Adakah seseorang yang bodohnya melebihi keledai sekalipun?
Ada!
Siapa?

Aku.

Semua kata terbuang percuma.        
Tidak ada artinya, tidak ada maknanya, hanya basa-basi belaka.
Aku terlalu bodoh untuk dengan mudahnya percaya pada kalimat yang nyatanya palsu.
Dan nyatanya rentetan kata yang diucapkan semalam suntuk itu hanyalah bualan belaka.
Lihat kan? Aku sangat bodoh melebihi keledai sekalipun.


Pecah sudah semua.
Terjawab sudah segala.
Dan aku seakan tidak ingin percaya pada apapun lagi.
Bahkan jika harus memulai dengan pemain baru sekali pun, aku enggan.
Aku terlalu takut untuk mengulang segala kesalahan yang sama.
Terlanjur menjadi cangkir yang pecah, dan hancur.
Terlanjur terlindas segala rasa percaya yang dimiliki ini.

Sesak sampai ingin muntah.
Mengeluarkan segala bongkah kecewa yang tercipta.
Hanya mempermalukan diri sendiri.
Sungguh aku tak ingin lagi.
Dan akhirnya aku hanya berdiri dipersimpangan jalan, tanpa tahu apa yang harus ku lakukan.
Bukan, ini bukan sebuah keluhan.
Ini hanya sebuah luapan kecewa atas makna percaya yang ditelantarkan.
Dan atas pembodohan terhadap diri sendiri.

Sekian saja.
Aku tidak ingin percaya pada kesemuan apapun lagi.

2 komentar: