Perjalanan malam memang menyeramkan, terlebih jika kamu
sendirian.
Tapi meski begitu, aku sangat menikmati perjalanan malam
yang terjadi semalam.
Sebenarnya tidak dapat dikategorikan malam, ya baiklah agar
lebih rinci kita mulai saja.
*Asal-usul perjalanan setelah magrib.
Perjalanan ini terjadi sekitar pukul 18:15 WIB setelah
shalat magrib, sebenarnya ini adalah perjalanan diluar rencana. Rencana
sebelumnya adalah aku akan di jemput oleh ayah ku kira-kira pukul 15:00 WIB di
kostan samping kampus, namun tiba-tiba ayah ku menelfon memberi kabar, katanya
kereta kuda besi (baca: Motor) tidak bisa melintasi jalan yang menuju kostan
ku, karena terhalang oleh banjir dan aku dianjurkan untuk pulang besok pagi
saja. Aku pun bimbang, aku sudah sangat ingin pulang, rasanya akan sangat
melelahkan (hati) bila harus menunggu besok pagi. Akhirnya terpikirlah ide untuk melakukan
perjalanan pulang seorang diri menggunakan kendaraan umum setelah selesai
shalat magrib, agar perjalanan terasa tenang.
*pemandangan indah yang membuat semakin rindu ibu.
Keluar pintu gerbang kostan, melintasi rumah warga dan
berniat membeli minum untuk dijalan, aku menemukan hal yang menakjubkan. Aku
melihat seorang ibu sedang mengajarkan anaknya yang masih balita berwudhu.
Subhanallah sungguh indah pemandangan itu, tak henti-hentinya aku tersenyum.
Semakin rindulah aku kepada ibu ku dirumah ketika melihat pemandangan itu, sehingga
semakin semangat lah aku untuk pulang. Langkah ku semakin cepat, meski
bulir-bulir keringat mulai membasahi wajah ku, aku tidak peduli. Aku hanya
ingin pulang.
*Kerlap-kerlip kombinasi lampu kendaraan dan lampu jalanan.
Di dalam kendaraan,dan
di ketinggian yang membuat jarak pandang ku terhampar luas, selalu
kerlap-kerlip lampu kendaraan dan lampu jalanan
mampu membuat ku terpukau, dan selalu mampu membuat senyum ku semakin
berkembang menikmati pesona lampu yang berkilauan. Ya memang ramainya kendaraan
di jalan raya selalu mencipta macet, dan macet itu membuat stress, membuat
waktu banyak terbuang. Tapi coba nikmati agar rasa stress akan waktu yang
terbuang itu setidaknya dapat terobati meski hanya sedikit dengan melihat
betapa indahnya kerlap-kerlip lampu yang terhampar dijalan raya itu. Melihatnya
seperti melihat berlian yang berkilauan, indah, romantis, dan bercahaya,
membuat diri terpesona akan indahnya malam tanpa bintang.
*Trans Jakarta dan LDR Raisa
Hal gila yang ku lalui selanjutnya adalah, berdesakan di
dalam Trans Jakarta. Sebenarnya itu adalah hal yang biasa, meski Trans Jakarta
senantiasa ramai, aku selalu suka menumpang di dalamnya. Dengan berada di
dalamnya membuat ku semakin dekat dengan masyarakat sosial, aku bisa mengamati
tiap gerak-gerik yang ada dan mengambil hikmah dari kejadian yang dialami
oranglain. Perjalanan pulang kali ini seperti biasa aku lalui sambil
mendengarkan radio di handphone ku, berharap aku bisa mendapat informasi
tentang jalanan yang akan ku lalui. Saat sedang asyik menikmati suasana di
dalam Trans Jakarta, lagu yang terputar di radio yang sedang ku dengar adalah
lagu dari Raisa yang berjudul LDR, aku ingin tertawa rasanya. Entah mengapa aku
merasa hal ini lucu, aku serasa sedang berada dalam pembuatan video dari lagu
LDR ini. Alhasil karena aku tidak mungkin tertawa sendirian, aku hanya
tersenyum menahan tawa. Bila diceritakan memang tidak lucu, tapi jika diantara
kalian (pembaca tulisan ini) ada yang pernah merasakan hal yang sama, mari kita
tertawa bersama hahaha X'D .
*Menunggu nomer 18 dan Romantisme anak smp.
Turun dari Trans Jakarta, bukan berarti urusan ku selesai,
aku masih harus menunggu angkutan umum nomer 18. Aku pikir semua akan berjalan
lancar ternyata, penantian ku akan nomer 18 ini harus berlangsung lama, karena
angkutan 18 ini dipenuhi oleh penumpang-penumpang lain. Saat sedang menunggu
sambil menikmati kerlap-kerlip lampu kendaraan, perhatian ku terpecah dengan
kehadiran anak SMP yang masih berseragam putih-biru padahal jam sudah
menunjukan pukul tujuh lewat hampir setengah delapan. Kehadiran mereka awalnya
biasa saja bagi ku, sampai aku menemukan sesuatu yang lain, “sepasang dari
mereka bergandengan tangan”. Mungkin pemandangan ini sudah biasa di ibu kota
kita, tapi buat ku ini menjadi lucu. Bukannya apa-apa, memang pada jamannya hal
ini terlihat amat biasa, tapi setelah aku melewati jamannya dan kembali melirik
kebelakang rasanya masih belum pantas, usia mereka rasanya masih terlalu belia
bahkan untuk hal ini. Lucu dan aku lagi-lagi menahan tawa, entah aku yang norak
atau entahlah, yang jelas aku sudah mendapatkan yang ku tunggu, dia si biru 18
yang akan membawa ku pulang.
*Bapak supir angkot, yang mengingatkan perjuangan seorang
ayah mencari nafkah.
Di dalam angkot 18 ini, aku kembali mengamati sekitar sambil
masih mendengarkan radio di handphoneku. Posisi ku dekat dengan sang supir
angkot, saat sedang berada di tengah kemacetan, sang sopir mendapat panggilan
telepon dari handphonenya, dan ia pun mengangkatnya. Sepertinya dari anaknya,
karena seakan-akan ia berbicara dengan anak kecil mengatakan bahwa ia sebentar
lagi akan pulang dan sekarang sedang dijalan. Seketika aku teringat ayah ku,
apa waktu aku kecil aku pernah melakukan hal yang sama seperti anak supir
angkot itu?, entah mengapa aku tersenyum menyaksikan kejadian kecil yang manis
itu. Aku pun kembali pada dunia ku, mengamati jalanan yang terpampang jelas
dihadapan ku.
*Home sweet home.
Setelah melakukan perjalanan panjang, akhirnya sampai juga
aku di rumah. Bertemu bapak dan ibu ku, kakak ku, dan ditambah bertemu dengan
anggota keluarga baru (anak kucing) yang sangat lucu. Ah banyak sekali
pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan ini, sungguh menyenangkan sekali
perjalanan malam hari ini meski lelah dirasa. Semoga saja perjalanan
selanjutnya dapat menemukan pelajaran dan pengalaman baru^^, AAMIIN.
Memandang segala sesuatu dari sudut yang posisitif, tentunya akan lebih
melegakan dan membuat segalanya menjadi terasa ringan, Tenang tanpa keluh kesah.
Ikhlas, berpikir positif, khusnudzan,
dan sabar.
ftrrzkm-