Minggu, 28 Desember 2014

Lebih dari ini : "kamu yang baik, dan tempat sampah"

Aku tau kamu baik.
Sangat baik malah.

Rela menjadi tempat sampah cerita banyak orang. Termasuk aku.
Jangan heran jika banyak orang yang menaruh rasa sayang yang terungkap atau dipendam saja pada mu.

Dan aku hanya menjadi satu titik diantara ribuan titik yang ada dalam hidup mu.

Kamu baik.
Membuat ku sulit untuk pergi sekedar untuk menetralkan sesuatu yang seharusnya tidak ada.
Menetralkannya, seperti susu yang menetralkan obat dalam alat pencernaan. 

Aku sulit untuk melepaskan mu.
Entah sampai kapan, aku akan terus begini.
Khawatir jika aku terlalu bergantung pada mu.
Sehingga jika kamu yang meninggalkan aku, aku yang akan sulit sendiri.

Kamu baik.
Hanya mereka saja yang salah menangkap cerita-cerita ku, sehingga merasa kamu jauh dari baik.
Tapi itu tidak akan lama, setelah mereka bertemu dengan mu, tentunya mereka akan memiliki pandangan lain tentang mu. Semoga saja.

Setelah direnungkan lebih dalam.
Ternyata aku yang jahat, bukan kamu.
Terus-terusan menyiksa mu dengan rasa bersalah.
Terus-terusan menjadikan mu bantalan tinju ku.
Jahat membohongi diri sendiri dengan ilusi-ilusi hati, sehingga segalanya menjadi sulit dan rumit.
Hanya aku saja yang jahat.

Aku tau kamu tulus setulus penyanyi bernama tulus itu bernyanyi di atas panggung.
Tulus meminta maaf pada ku.
Tulus ingin memperbaiki segalanya.
Tulus bersikap baik pada ku, pada semua orang, Tulus tanpa ada embel-embel apapun itu.

Seseorang yang kelak akan menjadi teman hidup mu, mungkin dia akan menjadi seseorang yang beruntung, bisa mendampingi mu, membuat kisah-kisah petualangan baru bersama  mu dalam hidup mu.

Kamu baik untuk saat ini dan seterusnya.
Kesalahan setitik bukan berarti kamu buruk sepenuhnya.
Karena kita semua manusia biasa yang tentunya memiliki dua sisi, sisi baik dan sisi buruk.
Seperti spongebob yang pernah memiliki dua sisi : kasar dan halus.

Karena kamu baik, kamu boleh menjadi kan ku tempat sampah keluh kesah mu, ketika tempat sampah lain tidak ada yang terbuka.

Aku akan ada dibelakang mu, kamu hanya perlu menoleh kebelakang dan menumpahkan segalanya dikala kamu resah.

Aku, kamu, karya mu, dan hujan. Ayo kita bersama dalam artian apapun yang kamu mau.

Jumat, 12 Desember 2014

Sesuatu yang Indah Tidak Memerlukan Perhatian.

Sesuatu yang indah tidak memerlukan perhatian.
Cukup dengan diam dan menghayati setiap incinya.
Mencoba menemukan keindahan dari sudut pandang mana pun.
Untuk sesuatu yang tidak tampak, coba rasakan keindahannya dengan hati.
Maka akan kita temukan arti indah yang tidak perlu diperhatikan.

Terkadang apa yang dimata kita terasa indah, mungkin disudut orang lain terasa biasa saja.
Terkadang hal sederhana bila benar-benar dihayati, akan terasa luar biasa.
Seperti lukisan abstrak yang terasa istimewa dimata mereka yang mengerti.
Kita yang awam mungkin hanya menganggap lukisan itu seperti coretan biasa.
Padahal sesungguhnya memiliki makna yang dalam.
Beda cara memaknai, beda cara menghargai.
Beda diri, beda perspektif.

Terkadang sesuatu yang indah tidak memerlukan perhatian.
Sama seperti lukisan abstrak yang tergantung di dinding.
Memiliki keindahan tersendiri bila di maknai.
Dan tidak akan terasa indah, bila dipandang hanya dengan sebelah mata tanpa penghayatan.

Mungkin tidak cukup dengan perhatian.
Mungkin harus dibarengi dengan penghayatan.
Sulit dimaknai, sulit dimengerti.
Bahkan tentang kata “sesuatu yang indah tidak memerlukan perhatian”.

Kita memaknainya dengan cara yang berbeda, pasti.

Jumat, 05 Desember 2014

Sisi Positif, Perjalanan Malam.

Perjalanan malam memang menyeramkan, terlebih jika kamu sendirian.
Tapi meski begitu, aku sangat menikmati perjalanan malam yang terjadi semalam.
Sebenarnya tidak dapat dikategorikan malam, ya baiklah agar lebih rinci kita mulai saja.

*Asal-usul perjalanan setelah magrib.
Perjalanan ini terjadi sekitar pukul 18:15 WIB setelah shalat magrib, sebenarnya ini adalah perjalanan diluar rencana. Rencana sebelumnya adalah aku akan di jemput oleh ayah ku kira-kira pukul 15:00 WIB di kostan samping kampus, namun tiba-tiba ayah ku menelfon memberi kabar, katanya kereta kuda besi (baca: Motor) tidak bisa melintasi jalan yang menuju kostan ku, karena terhalang oleh banjir dan aku dianjurkan untuk pulang besok pagi saja. Aku pun bimbang, aku sudah sangat ingin pulang, rasanya akan sangat melelahkan (hati) bila harus menunggu besok pagi.  Akhirnya terpikirlah ide untuk melakukan perjalanan pulang seorang diri menggunakan kendaraan umum setelah selesai shalat magrib, agar perjalanan terasa tenang.

*pemandangan indah yang membuat semakin rindu ibu.
Keluar pintu gerbang kostan, melintasi rumah warga dan berniat membeli minum untuk dijalan, aku menemukan hal yang menakjubkan. Aku melihat seorang ibu sedang mengajarkan anaknya yang masih balita berwudhu. Subhanallah sungguh indah pemandangan itu, tak henti-hentinya aku tersenyum. Semakin rindulah aku kepada ibu ku dirumah ketika melihat pemandangan itu, sehingga semakin semangat lah aku untuk pulang. Langkah ku semakin cepat, meski bulir-bulir keringat mulai membasahi wajah ku, aku tidak peduli. Aku hanya ingin pulang.

*Kerlap-kerlip kombinasi lampu kendaraan dan lampu jalanan.
Di dalam kendaraan,dan  di ketinggian yang membuat jarak pandang ku terhampar luas, selalu kerlap-kerlip lampu kendaraan dan lampu jalanan  mampu membuat ku terpukau, dan selalu mampu membuat senyum ku semakin berkembang menikmati pesona lampu yang berkilauan. Ya memang ramainya kendaraan di jalan raya selalu mencipta macet, dan macet itu membuat stress, membuat waktu banyak terbuang. Tapi coba nikmati agar rasa stress akan waktu yang terbuang itu setidaknya dapat terobati meski hanya sedikit dengan melihat betapa indahnya kerlap-kerlip lampu yang terhampar dijalan raya itu. Melihatnya seperti melihat berlian yang berkilauan, indah, romantis, dan bercahaya, membuat diri terpesona akan indahnya malam tanpa bintang.

*Trans Jakarta dan LDR Raisa
Hal gila yang ku lalui selanjutnya adalah, berdesakan di dalam Trans Jakarta. Sebenarnya itu adalah hal yang biasa, meski Trans Jakarta senantiasa ramai, aku selalu suka menumpang di dalamnya. Dengan berada di dalamnya membuat ku semakin dekat dengan masyarakat sosial, aku bisa mengamati tiap gerak-gerik yang ada dan mengambil hikmah dari kejadian yang dialami oranglain. Perjalanan pulang kali ini seperti biasa aku lalui sambil mendengarkan radio di handphone ku, berharap aku bisa mendapat informasi tentang jalanan yang akan ku lalui. Saat sedang asyik menikmati suasana di dalam Trans Jakarta, lagu yang terputar di radio yang sedang ku dengar adalah lagu dari Raisa yang berjudul LDR, aku ingin tertawa rasanya. Entah mengapa aku merasa hal ini lucu, aku serasa sedang berada dalam pembuatan video dari lagu LDR ini. Alhasil karena aku tidak mungkin tertawa sendirian, aku hanya tersenyum menahan tawa. Bila diceritakan memang tidak lucu, tapi jika diantara kalian (pembaca tulisan ini) ada yang pernah merasakan hal yang sama, mari kita tertawa bersama hahaha X'D .

*Menunggu nomer 18 dan Romantisme anak smp.
Turun dari Trans Jakarta, bukan berarti urusan ku selesai, aku masih harus menunggu angkutan umum nomer 18. Aku pikir semua akan berjalan lancar ternyata, penantian ku akan nomer 18 ini harus berlangsung lama, karena angkutan 18 ini dipenuhi oleh penumpang-penumpang lain. Saat sedang menunggu sambil menikmati kerlap-kerlip lampu kendaraan, perhatian ku terpecah dengan kehadiran anak SMP yang masih berseragam putih-biru padahal jam sudah menunjukan pukul tujuh lewat hampir setengah delapan. Kehadiran mereka awalnya biasa saja bagi ku, sampai aku menemukan sesuatu yang lain, “sepasang dari mereka bergandengan tangan”. Mungkin pemandangan ini sudah biasa di ibu kota kita, tapi buat ku ini menjadi lucu. Bukannya apa-apa, memang pada jamannya hal ini terlihat amat biasa, tapi setelah aku melewati jamannya dan kembali melirik kebelakang rasanya masih belum pantas, usia mereka rasanya masih terlalu belia bahkan untuk hal ini. Lucu dan aku lagi-lagi menahan tawa, entah aku yang norak atau entahlah, yang jelas aku sudah mendapatkan yang ku tunggu, dia si biru 18 yang akan membawa ku pulang.

*Bapak supir angkot, yang mengingatkan perjuangan seorang ayah mencari nafkah.
Di dalam angkot 18 ini, aku kembali mengamati sekitar sambil masih mendengarkan radio di handphoneku. Posisi ku dekat dengan sang supir angkot, saat sedang berada di tengah kemacetan, sang sopir mendapat panggilan telepon dari handphonenya, dan ia pun mengangkatnya. Sepertinya dari anaknya, karena seakan-akan ia berbicara dengan anak kecil mengatakan bahwa ia sebentar lagi akan pulang dan sekarang sedang dijalan. Seketika aku teringat ayah ku, apa waktu aku kecil aku pernah melakukan hal yang sama seperti anak supir angkot itu?, entah mengapa aku tersenyum menyaksikan kejadian kecil yang manis itu. Aku pun kembali pada dunia ku, mengamati jalanan yang terpampang jelas dihadapan ku.

*Home sweet home.
Setelah melakukan perjalanan panjang, akhirnya sampai juga aku di rumah. Bertemu bapak dan ibu ku, kakak ku, dan ditambah bertemu dengan anggota keluarga baru (anak kucing) yang sangat lucu. Ah banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan ini, sungguh menyenangkan sekali perjalanan malam hari ini meski lelah dirasa. Semoga saja perjalanan selanjutnya dapat menemukan pelajaran dan pengalaman baru^^, AAMIIN.

Memandang segala sesuatu dari sudut yang posisitif, tentunya akan lebih melegakan dan membuat segalanya menjadi terasa ringan, Tenang tanpa keluh kesah. Ikhlas, berpikir positif, khusnudzan, dan sabar.

ftrrzkm-