Selasa, 20 Januari 2015

Rectoverso-Resensi Film

Sumber: google
Rectoverso.

Cinta yang tak terucap.

Rectoverso adalah sebuah film omnibus atau antologi Indonesia bernuansa cinta yang dirilis pada 14 Februari 2013. Film ini diangkat dari novel serta album lagu Dewi Lestari.
Film ini berisikan lima judul film, yaitu:
Sumber: google
  • Malaikat Juga Tahu.
  • Firasat.
  • Cicak di Dinding.
  • Curhat Buat Sahabat.
  • Hanya Isyarat.

Awal mula saya tahu film ini itu dari cover lagunya Firasat yang dinyanyikan raisa di mp3 handphone.
Penasaran sama kata “RectoVerso” akhirnya nyari di google, terus keluar deh hasil pencarian kalo RectoVerso itu sebuah Novel karya Dewi ‘Dee’ Lestari yang diangkat jadi film. Sejak saat itu jadi rajin nanya temen-temen di sekolah, “Punya Novel atau film RectoVerso enggak?”.

Ketertarikan dengan film ini itu bermula dari baca kutipan-kutipan (yang awalnya saya fikir kutipan novelnya semua ternyata ada dari lagu juga), misalnya kayak kutipan lirik lagu yang judulnya Aku Ada

“Tiada yang lebih indah. Tiada yang lebih rindu. Selain hatiku. Andai engkau tahu”. Atau yang ini

“Jingga dibahumu, malam didepanmu. Dan bulan siaga sinari langkahmu. Teruslah berjalan. Teruslah melangkah. Ku tahu kau tahu aku ada”

“Saat pasir tempat mu berpijak pergi ditelan ombak. Akulah lautan memeluk pantai mu erat”

Kutipan lainnya yang saya baca dan bikin tertarik:
“kadang-kadang pilihan yang terbaik adalah menerima. Menolak, menyangkal Cuma bikin lelah”

“Aku memandangin mu tapa perlu menatap, aku mendengarkan mu tanpa perlu alat. Aku menemui mu tanpa perlu hadir. Aku mencintai mu tapa perlu apa-apa, karna kini ku miliki segalanya”

“Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang”

Masih banyak lagi deh, kutipan-kutipan yang bikin tertarik buat kepo sama film ini. Sampai pada suatu hari dapet juga filmnya, bukan Cuma filmnya aja tapi lagu + ebooknya juga, seneng banget pas itu.

Oke balik ke filmnya :

Malaikat Juga Tahu.
Sutradara - Marcella Zalianty.

Pemeran utamanya : Lukman Sardi sebagai Abang, dan Prisia Nasution sebagai Leia.
Abang adalah anak dari pemilik kost-kostan yang disewa Leia, abang merupakan penderita autism yang jatuh cinta kepada Leia, karna Leia yang paling mengerti abang dan Leia sering menemani abang menghitung bintang-bintang di langit. Bunda (ibu abang) mengetahui mengenai ‘rasa’ yang disimpan abang kepada Leia, awalnya semua berjalan lancar, sampai suatu hari adik abang yang bernama Hans datang dan tinggal bersama di rumah bunda. Hans dan Leia ternyata saling jatuh cinta, hal ini membuat bunda khawatir abang akan terluka jika abang mengetahui hal ini. Bunda pun sadar Leia tidak mungkin berakhir dengan abang.

Seratus sempurna, kamu satu lebih-lebih sempurna-Abang.

Firasat.
Sutradara - Rachel Maryam

Pemeran utama : Asmirandah sebagai senja, dan Dwi Sasono sebagai Panca.
Senja yang tergabung dalam sebuah klub bernama Firasat yang dipimpin oleh Panca. Setiap minggunya di dalam klub ini para anggotanya saling berbagi cerita dan berbagi berbagai pertanda. Menurut panca firasat adalah bagaimana alam berbicara kepada kita, tapi sayang kita tidak pernah memahami, padahal kita semua bisa berdialog dengan alam semesta. Senja jatuh cinta kepada panca. Sampai suatu hari senja memiliki firasat bahwa seseorang akan meninggal, firasat yang dirasakan senja sama seperti firasat yang senja rasakan saat adik dan ayahnya akan meninggal dalam sebuah kecelakaan. Senja pun menjadi sangat ketakutan.

Cicak di Dinding.
Sutradara - Cathy Sharon

Pemeran utama : Yama Carlos sebagai Taja dan Sophia Latjuba sebagai Saras.
Saras dan Taja bertemu disebuah club malam, saat itu Taja sedang sendiri kemudian datang Saras menghampiri Taja dan mengajak berkenalan. Sampai suatu hari Saras dan Taja kembali bertemu dan mereka menghabiskan waktu bersama sambil minum kopi. Saras pun menghilang dari hidup Taja, dan mereka bertemu lagi dalam sebuah pameran karya Taja, dengan membawa kejutan lain.

Kalo kita minum yang pait, kita jadi inget kalo di luar sana masih ada yang manis-Taja

Curhat buat Sahabat.
Sutradara - Olga Lydia

Pemeran utama : Acha Septriasa sebagai Amanda, dan Indra Birowo sebagai Reggie.
Amanda dan Reggie sudah bersahabat sejak lama. Amanda dan Reggie memiliki sifat yang bertolak belakang , Amanda sosok perempuan yang ceria, cerewet, dan supel. Sedangkan Reggie memiliki sifat yang sabar, kalem, dan siap mendengarkan curhat Amanda kapanpun itu. Reggie sosok yang selalu ada untuk Amanda, saat Amanda sedih dan galau karna pacar-pacarnya kuping Reggie selalu ada untuk mendengarkan, saat Amanda terbaring sakit pun Reggie selalu ada. Amanda menyadari bahwa yang ia butuhkan selama ini hanyalah orang yang menyayangi dia apa adanya. Dilain pihak, diam-diam Reggie mulai menyadari bahwa cinta yang ia miliki pun sudah terlalu tua untuk dirinya.

Hanya Isyarat.
Sutradara - Happy Salma.

Pemeran utama : Amanda Soekasah sebagai Al.
Al bertemu dengan empat teman barunya dalam sebuah milis, teman-temannya itu bernama Tano, Dali, Bayu dan Raga. Al sering menyendiri, dan Al jatuh cinta pada salah satu diantara empat temannya itu, namun Al hanya dapat mengaguminya dari jauh, hanya dari punggungnya saja. Dalam sebuah permainan mereka berbagi cerita paling sedih, dan karna permainan itu Al semakin sadar jika ia tidak dapat memiliki laki-laki itu selamanya.

Tulisan ini berdasarkan tugas kombun periode 1 bulan januari.

4 komentar:

  1. aaaa Rectoverso ka Gia belum pernah nonton

    BalasHapus
  2. waaa Rectoverso~ dan aku baru tahu kalau masing2 cerita beda-beda sutradara. Pantes feel nya dan maksud filmnya beda-beda.

    Btw, saya sukak banget sama tulisan-tulisan di Rectoverso. Dulu tahu Rectoverso dari bukunya, kemudian Download lagunya, terus baca2 karya2 Dee yang lain, terus nemu pilemnya ^^

    Salam kenal Fitri~
    Salam Kombun ^^/

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe iya kak salam kenal dan salam kombun juga :) .
      karya-karya dee memang sudah banyak yang di film-kan kak. karya selanjutnya yang akan di film-kan itu Filosofi Kopi kak, bukunya juga enggak kalah menarik sama RectoVerso hehe

      Hapus