Selasa, 13 Mei 2014

Tentang seekor kucing kesepian.



Melangkah dengan riang, buntutnya bergoyang-goyang, manis terlihat oleh mata.


Dulu ia berdua, kini ia sendiri tampak kesepian.

Dulu ia bermanja-manja dengan malaikat tanpa sayapnya, kini tak ada lagi tempatnya untuk bermanja.

Kini malaikat tanpa sayapnya telah meninggalkannya, meninggalkan karna dianggapnya telah dewasa.

Telah dewasa dan dirasa bisa mengerjakan segalanya sendiri tanpa perlu bantuan malaikat tanpa sayapnya itu.
Mungkin awalnya berat dirasa olehnya, mungkin awalnya terasa sulit, tak terbiasa, mungkin.

Ingin aku menyentuhnya, menemaninya, bermain bersamanya, tapi ia selalu menghindar tak ingin disentuh oleh siapapun kecuali malaikat tanpa sayapnya.
 Kini tak ada yang menjaganya, tak ada yang menjadi teman hidupnya, belum tepat baginya mencari teman hidup baru, karna bagiku ia masih anak-anak.
Aku hanya dapat mengamatinya, sesekali mengajaknya bicara, tapi yang kudapat hanya balasan kata yang tidak kumengerti.


Bagiku ia masih sangatlah kecil, aku berpikir jika aku menjadi dirinya apa aku sanggup?.

Sanggup sendirian tanpa malaikat tanpa sayap yang menjagaku?.


Sesekali ketika malaikat tanpa sayapnya berlalu dihadapannya, ia membuntuti di belakangnya.

Berharap semua akan kembali seperti dulu, berharap malaikat tanpa sayapnya itu dapat menemaninya lagi seperti dulu.

Kemudian ia kembali, dengan harapan-harapan yang masih sama karna satupun belum ada yang menjadi kenyataan.


Aku masih mengamatinya, mengamati tanpa tau betina atau jantan kah dirinya?, tanpa tau apa yang ada dipikirannya?, dan tanpa mengerti apa yang di ucapkannya?.

Karna ia hanyalah seekor kucing kecil yang entah siapa majikannya.

Seekor kucing yang entah siapa namanya.

Seekor kucing yang kesepian, tak ada teman bermain, tak ada teman bicara.


Lalu siapakah malaikat tanpa sayapnya itu?, jelas dia adalah induknya.

Induknya yang dulu menemaninya, mencarikan makanan untuknya, mencarikan tempat berteduh, dan memberikan kehangatan dengan peluk kecilnya.

Dan lagi-lagi saat ini ia harus berjuang sendiri tanpa induknya, tanpa ada yang memberikan peluk hangat kecil baginya, mencari makan sendiri, dan mencari tempat berteduh kala hujan mulai datang sendirian.


Aku berharap kucing kecil kesepian  itu dapat cepat tumbuh menjadi kucing besar yang memiliki teman hidup baru, teman hidup yang menemaninya, menggantikan posisi induknya itu, tanpa sedikitpun menggeser posisi induknya di hati kecilnya.

Aku akan terus mengajakmu bicara, meski aku tidak akan pernah mengerti balasan kata yang kamu berikan, karna kamu seekor kucing dan aku seorang manusia.



Cinta memang banyak bentuknya, mungkin tak semua bisa berseatuu.

Tulus-sepatu

2 komentar: