Sabtu, 04 November 2017

Kamu yang Lalu

ilustrasi pribadi oleh ftrrzkm


Mencarimu sulit bagiku.
Ketika aku bertemu teman-teman semasa sekolah dulu, 
mereka menanyakanmu. 
Aku tak tahu harus menjawabnya bagaimana.
Hanya senyuman getir yang terbentuk dari bibir.
Kamu sudah menjadi masa laluku, jadi, untuk apa menjadi masalahku?

Sayangnya, meski memang bukan masalahku,
pertanyaan teman masa sekolah dulu,
kembali mengorek segala ingatanku tentang kenangan kita.
Tentang kisah manis masa remaja kita,
sampai kisah tragis masa dewasa kita karena sebuah perpisahan itu.

Malam semakin larut,
mataku belum juga mau tertidur.
Kuambil secarik kertas hanya untuk sekadar menuliskan namamu.
Hanya menuliskan namamu berulang-ulang,
meski kenangan manis kita tidak akan bisa diulang.

Secarik kertas itu kini sudah penuh oleh namamu,
ya hanya namamu saja.
Namun seberapa banyak pun kutulis namamu,
kamu tidak akan pernah kembali juga.
Kenapa? Jawabnya karena genggam tanganmu telah terisi oleh tangan lain,
melangkah jauh di depanku,
yang masih memikirkan penyesalan atas apa yang terjadi di antara kita.

Bukan cinta bila tak terus bersama,
bukan kasih bila kau tak memilih.
Aku dan semua yang kukorbankan demi kamu.
Waktu dan pikiranku.
Rasa senang, rasa nyaman itu.
Semua telah berlalu.
Kini aku terkoyak kenangan, tersandung keadaan.

Ingin kukeluar dari bayang-bayangmu.
Namun senyummu dan kehangatanmu terus tampak di hadapanku,
seolah mengolok-olok diriku
yang hampir setiap hari, masih mengharapkan kamu kembali.
Namun mengingat tentangmu yang manis, hanya membuatku teriris.
Inginku tinggalkan segala pahit manisnya cinta denganmu,
namun aku tidak tahu bagaimana caranya.

Beralih kuambil gawai mungil kesayangan,
tanpa kusadari
jariku menuju pesan-pesan yang pernah kaukirim padaku.
Betapa aku dan kamu begitu akrab, 
begitu mesra, begitu dan begitu.
Begitu sampai di pesan perpisanan antara kamu dan aku.

Air mata menetes lagi,
kini kuputuskan untuk menghapus manis demi manis sampai pahit pesan
yang telah kita rangkai selama hampir tiga tahun ini.
Aku tidak ingin membaca dan mengenangnya lagi,
hanya mencipta sedih dan sepi saja, sadar jika kamu telah pergi.

Lelah, aku pun tertidur dengan berteman senandung lagu.

Sadari diriku pun kan sendiri
Di dini hari yang sepi
Tetapi apalah arti bersama, berdua
Namun semu semata

Dee Lestari - Peluk

colab bareng kak Galih Setio Utomo

4 komentar:

  1. Balasan
    1. haiii sukmaa! seneng banget blog aku didatengin sama sukma haha. Terimakasih sukma sudah membaca, mampir lagi yuk ke postingan aku lainnya :D

      Hapus
  2. "Apalah arti bersama, berdua
    Namun semu semata..."


    Berteman senandung lagu,
    ujung2nya tidur yaaa 😂😂😂


    BalasHapus
    Balasan
    1. iya biasanya kan gitu ya kebanyakan hehe. dengerin lagu ujung-ujungnya tidur

      Hapus