Rabu, 12 Agustus 2015

Berdua Bersama Hening

Aku tidak bisa melukis, atau menulis.
Untuk sekedar bercerita saja, lidahku terbata-bata membentuk kata.
Aku menangis, di ujung ruang hampa penuh luka.
Aku tidak melihat cahaya sedikit pun, bahkan dari celah jendela rapuh tanpa ampun.


Aku ingin menari, namun tubuhku lebih kaku dari sekedar kerah baju baru.
Aku ingin berlari, namun kaki seakan beku, tak bisa untuk berdiri sekalipun, kaku.
Aku diam, termenung, mencoba berpikir namun tak dapat berpikir.

Seseorang mengajakku bicara, aku hanya diam.
Seseorang mengajakku becanda, aku tidak tertawa.
Bahagiaku seakan lenyap.
Tidak dapat ku jelaskan mengapa ini terjadi.

Hujan di balik jendela.
Menyisakan embun dingin di kaca jendela.
Aku tertawa.                  
Dinginnya seakan mengolok-olok ku.
Dan aku tertawa.
Menertawai kesalahan dan kebodohan yang telah ku cipta sendiri.

Dan kini, ku ditinggalkan sendiri.
Ralat, aku berdua bersama hening.
Tanpa kata, tanpa cerita, tanpa warna dan gambar, tanpa tulisan, tanpa tawa, dan tanpa mu.

Ftrrzkm~
Fiksi ditinggal sendiri.
Kaku mencipta rangkai kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar