Kamis, 23 Juli 2015

Gadis Kesepian

“Aku tidak pernah merasa sesedih ini” katanya, “sedih tanpa alasan, lebih terasa menyesakan dibandingkan dengan sedih yang disertai berjuta alasan. Aku menangis setiap hari, tanpa tahu apa yang sebenarnya ku tangisi” tambahnya lagi.

Aku masih setia mendengarkan keluh kesah mengenai kesedihan tanpa sebabnya. Aku hanya diam, karna aku tidak benar-benar tahu apa yang sebenarnya ia rasakan.

"Aku memeluk diriku sendiri, setiap hari" katanya

“Kenapa?” kali ini aku bersuara

“Karena tidak ada yang mengerti, mungkin karna aku yang menyulitkan orang lain untuk mengerti diriku”

Aku merentangkan kedua tanganku, berusaha merengkuhnya. Setidaknya meskipun aku tidak benar-benar mengerti kondisinya saat ini, aku bisa menambah jumlah pelukan yang ia terima, memberikan ketenangan bahwa ia tidak sendiri, dan tidak perlu sampai memeluk dirinya sendiri jika butuh sebuah pelukan, karena aku ada.

“Kamu masih ingin menangis?” tanyaku, “menangislah sampai lelah dalam pelukku ini. Semoga dengan cara ini besok dan selanjutnya tidak ada lagi tangisan tanpa sebabmu. Jangan pernah merasa menjadi orang yang paling nelangsa dalam hidup”

Menangislah ia sejadi-jadinya. Dalam pelukku, aku berusaha memeluknya dengan kedua tanganku yang sebenarnya tidak benar-benar ada. Dan berusaha menenangkannya dengan nasihatku, yang sebenarnya ia tidak benar-benar bisa mendengar suaraku. Karena aku benda mati.

Karena aku.
Guling di kamarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar