ilustrasi by ftrrzkm |
Sadar bahwa akulah penyebab rusaknya gedung itu.
Sadar bahwa akulah penyebab runtuhnya gedung itu.
Ya, gedung yang sudah kita bangun selama hampir tiga tahun
belakangan.
Maka jika kini kamu berpaling dengan yang lain
entah untuk membangun gedung baru, atau sekedar bermain-main
saja
maka aku tidak berhak untuk sedih dan protes atas itu semua.
Jika kamu bertanya, bagaimana dalamnya hatiku
jawabnya masih sama, kamu!
Kini segalanya tinggal puing-puing
Aku masih mengumpulkan puing-puing itu,
berharap kamu kembali dan kita kembali menyusun segala puing
itu.
Nyatanya ketika kumasih mengumpulkan puing itu.
Kamu telah berlalu pergi, semakin jauh seakan tidak ada
peluang lagi.
Lantas, apa yang bisa kulakukan?
Jika mengejar saja sudah tidak ada kesempatan lagi?
Ya, hanya tersenyum membaca kisah yang abadi dalam
tulisan-tulisan indahmu.
Malam ini tawaku memuai diudara, bagusnya tidak diiringi
tangisan.
Tawa karena membaca kisah dua sampai tiga tahun lalu
dimana aku masih sangat polosnya mengenal apa itu cinta.
Dan aku memilih kamu, untuk dewasa bersama pertanyaan, “apa itu cinta?”
Kini semua rusak sudah, karena aku yang tidak mengerti kamu.
Karena aku yang salah tingkah, dan membuat pemberontakan
terus menerus.
Menyakiti kamu, yang seharusnya kujaga selalu.
Hujan turun lagi malam ini
tidak ada lagi “Hujan
Punya Cerita: Aku dan Kamu Di bawah Jaket Hitam”
atau “Hujan Punya
Cerita: Hujan Tahu Kita Berdua”
Jarak semakin jauh, maka tidak ada lagi ”Saling: Membuat Kita Berjarak 0 Centimeter”
Dan aku sudah lama tidak menyesap secangkir kopi,
Karena merasa takut, lambungku akan menolaknya.
Maka tidak adalagi The
Coffe Lady.
Dan kini kumerasa lapar tengah malam,
namun tidak ada lagi, Nasi
Goreng Bumbu Kuning (Abstrak) yang tersaji.
Dan aku masih percaya bahwa ini “Bukan Kebtulan, Tapi Memang Rencana Tuhan”
Semoga.
Ftrrzkm
7 November 2017
1.30 AM